Siti Nur Azizah tumbuh besar dengan pendidikan pesantren di Blokagung, Banyuwangi. Beberapa kali dirinya fasih mengutip hadist dan ayat suci Al Quran ketika diwawancara. Pendidikan ini menempanya menjadi pribadi yang tangguh dan selalu berprasangka baik terhadap rencana Tuhan. “Allah itu memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan,” paparnya.
Selepas sekolah, ia tak cukup dana untuk langsung melanjutkan ke perguruan tinggi. Hasilnya ia harus menunda impiannya dengan jalan berjualan gorengan. Namun, hasil yang begitu pas-pasan membuatnya harus berpikir ulang untuk mengandalkan mata pencaharian ini. Suaminya yang menjadi guru di salah satu Madrasah Aliyah gajinya tak terlalu bisa diandalkan.
Meski begitu ia mulai mengangkat roda ekonomi dan lanjut kuliah dan menjadi guru matematika di Pesantren Darussalam, Banyuwangi. Sembari mengajar ia kenal dengan produk NASA. Setelah mencoba sendiri dan merasakan khasiatnya ia kemudian tergerak untuk menjadi distributor.
Dengan ketekunan yang melekat dalam dirinya, ia tak butuh waktu lama untuk berhasil di NASA. “Awal di NASA itu saya bisa jualan sebulan dapat lima juta. Dengan hasil itu saya terus tekun dan bisa membeli mobil seharga 30 juta,” ceritanya. Namun, hasil ini justru membawa persoalan baru. “Banyak fitnah yang menuduh bahwa saya bisa beli mobil gara- gara suami saya menyelewengkan uang sekolah. Akhirnya suami saya harus dicopot dari jabatan kepala sekolah yang belum lama didapatnya”, paparnya.
Dari sini ia pun bertekad membuktikan bahwa NASA memang menjanjikan. Selepas mengikuti KDI dan dapat pelajaran tentang marketing langit, bisnis pun semakin melesat. “Saya dulu tulis impian 10 juta perbulan, ternyata langsung tembus. Saya tulis lagi
50 juta, ternyata mudah saja,” paparnya. Kini dengan peringkat EDD dan telah berhasil membangun stockist centre dengan penghasilan per bulan melebihi 100 juta.
Setelah memberangkatkan orang tua umroh dan mendaftarkannya untuk haji, ia juga sudah membeli mobil dan membangun rumah idamannya. “Saya juga sedang berusaha membeli tanah untuk dibangun panti asuhan. Saya sebisa mungkin harus mengurangi beban anak-anak yang kurang beruntung seperti saya dulu,” imbuhnya.
Ibu Siti yang dulu 10 tahun berjualan gorengan ini tak ragu untuk mengajak semua orang bermimpi tinggi, “Semua orang bisa bermimpi, namun tak semua orang punya semangat yang tinggi,” tegasnya mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar